Kamis, 27 Desember 2012

Perlukah DPR megadakan Kunjungan Kerja ke Luar Negeri?

           Kunjungan kerja atau studi banding para pejabat negara memang selalu menjadi perbinjangan yang msaih hangat dimasyarakat, kunjungan kerja tersebut dilakukan untuk studi banding penyusunan Rancangan Undang-undang diakomodir melalui Badan Urusan Rumah Tangga (BURT).  Tapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah perlu kunjungan tersebut, dan apakah benar-benar mendatangkan manfaat, bukankah itu hanya sebuah pemborosan, dan terkesan hanya sekedar jalan-jalan (plesiran) yang tidak membawa manfaat dan menguntungkan diri pribadi?

            Menurut pakar pemerintahan I Gusti Bagus Adi mengatakan, kunjungan keluar negeri untuk studi banding merupakan suatu jenis pemborosan APBN ataupun APBD, apalagi kunjungan ke Negara-negara Eropa atau Amerika yang sudah jelas memiliki karakter dan budaya yang berbeda dengan Negara Indonesia dan tidak bisa diterapkan di Negara Indonesia. Aturan-aturan yang diterapkan di Negara lain, belum tentu bisa diterapkan di Negara Indonesia, jadi untuk itu tidak perlu lagi mengadakan kunjungan keluar negeri dengan alasan studi banding. Cukup dengan membaca buku-buku yang ada, ataupun dengan penerapan teknologi yang jaman sekarang sudah dapat mempermudah segalanya. Lagi pula sudah ada presiden yang bertemu dengan pejabat-pejabat negara lain.
            Menurut informasi dari yang saya dapat hingga saat ini ada dua kunjungan berbeda ke luar negeri. 22 anggota Badan Legislatif DPR studi banding ke Denmark dan Turki untuk membahas RUU Palang Merah Indonesia (PMI). Dan berdasarkan data Fitra anggaran Kunjungan Kerja ke luar negeri tahun 2012 mencapai Rp 140 miliar. 
        Jadi, jika memang kunjungan kerja tersebut hanya membuang-menbuang dana APBN, mengapa kegiatan tersebut masih saja muncul dan terus dilakukan oleh para pejabat kita.
        Dalam melakukan riset secara akademis kunjungan lapangan juga merupakan salah satu  sumber informasi yang amat berharga. Observasi secara langsung, bertemu masyarakat dengan kebiasaan yang berbeda, dan mengalami secara langsung kehidupan dengan sistem yang berbeda merupakan sesuatu yang sangat bernilai.
      Lalu bila suatu perjalanan atau studi banding bisa sedemikian bermanfaat mengapa ada pula studi banding yang dianggap mubazir dan tidak berguna? Perbedaannya adalah adanya program yang terarah dan output yang ditetapkan untuk dicapai. 

        Dalam beberapa kesempatan mendengar para kolega sesama peneliti yang pernah mendampingi pejabat (eksekutif maupun legislatif) melakukan studi banding kesan jalan-jalan tersebut tidak dapat dihilangkan. Dari sekian banyak yang ikut dalam\ rombongan biasanya hanya satu - dua orang yang benar-benar serius melakukan "studi". Selebihnya hanya mengikuti aliran acara dan menunggu-nunggu sesi bebas.
Pada sesi bebas itulah mereka umumnya melakukan plesir dan belanja. Selesai acara studi banding kesibukan mencari oleh-oleh menjadi lebih dominan ketimbang membuat rumusan hasil studi banding. Observasi, ilmu, pengalaman, atau hasil diskusi selama studi banding bisa menguap begitu saja. Padahal, semua itu adalah oleh-oleh terpenting buat bangsa ini yang telah membiayai perjalanan mereka.

 Lalu bagaimana agar studi banding di masa mendatang tidak mubazir?
Pertama, tentukan apakah perjalanan itu benar-benar perlu. Apakah tidak bisa dilakukan melalui desk study, converence call, film dokumenter, dan seterusnya.

Kedua, perlu disusun program kerja yang sangat tajam dan hemat anggaran. 

Ketiga, batasi pejabat yang harus berangkat kepada yang benar-benar perlu. Pejabat lainnya bisa mengikuti perjalanan mereka lewat video conference, twitter, atau BB messenger (toh pejabat sekarang juga sudah gemar nge-twit aktivitas mereka detik demi detik). 

Keempat, tetapkan output atau hasil studi banding secara tegas, apakah berupa dokumen, policy paper, rekaman, jurnal, catatan dan lainnya.
Terakhir, mungkin kita juga perlu memeriksa barang bawaan para pejabat sepulang studi banding. Apakah lebih banyak membawa buku, dokumentasi, rekaman perjalanan, atau justru kaos, coklat, dan cindera mata lainnya untuk sanak famili.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar