Berdasarkan
evaluasi terhadap sekolah rintisan bertaraf internasional, tidak ditemukan
perbedaan signifikan mutu sekolah RSBI dengan sekolah reguler. Untuk beberapa
skor, termasuk Bahasa Inggris, siswa dan guru di sekolah reguler bahkan lebih
unggul.
Pada jenjang
SMP, skor Bahasa Inggris siswa RSBI 7,05, sedangkan siswa reguler 8,18. Skor
guru Bahasa Inggris di SMP 6,2, di atas guru RSBI 5,1. Ini juga terjadi pada
guru Bahasa Inggris jenjang SMA. Evaluasi dilakukan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ketua Ikatan
Guru Indonesia Satria Dharma mengatakan, dari hasil evaluasi pemerintah, mutu
RSBI tak berbeda jauh dari sekolah reguler. ”Berarti ada yang salah dalam
prosesnya. Pemerintah tak paham mutu RSBI.”
Menurut
Satria, paksaan kepada guru untuk mengajar dalam bahasa Inggris bisa jadi salah
satu penyebab. Guru tertekan dan tak bebas menyampaikan materi.
Menurut Retno
Lisyarti, guru SMA RSBI di Jakarta, pemerintah tak mampu membangun kapasitas
guru untuk sekolah bermutu. Dana ke sekolah RSBI untuk peningkatan sarana, kegiatan,
honor guru, dan membayar pengajar asing yang mahal. (ELN)
Program RSBI Dinilai Hanya Pemborosan Anggaran
Anggota Dewan Pendidikan Jawa
Timur, Sulistyanto Soejoso, menilai program program rintisan sekolah bertaraf
internasional (RSBI) hanya pemborosan anggaran karena terbukti tidak bisa
meningkatkan mutu sekolah. Ia mendesak program RSBI segera dihapuskan menyusul
tak kunjung membaiknya sistem pendidikan di seluruh RSBI di Jawa Timur.
Sulistyanto mengatakan dana untuk membangun RSBI mencapai Rp 1 miliar di tiap sekolahnya. Tapi hingga saat ini, kata dia, tak ada satu pun sekolah-sekolah yang masuk program RSBI yang mampu lolos menjadi SBI.
menurut sulistyanto, Di Kota Surabaya misalnya, dari delapan SMA Negeri dan Dua SMA Swasta, serta tiga SMP Negeri yang menjadi RSBI, ternyata juga tak ada yang lolos menjadi SBI. “Padahal, sekolah tersebut selama tiga tahun pertama berdirinya RSBI mendapatkan subsidi Rp 300-400 juta setiap tahunya.
Tak hanya itu, tiap-tiap siswa juga mendapatkan subsidi biaya sekolah per bulan mencapai Rp 70.500 (untuk tingkat SMP) dan Rp 152.000 (untuk tingkat SMA). Itu belum termasuk dana dari pemerintah untuk menyekolahkan para guru dan dana untuk pengembangan sekolah lainya.
Hasil kajian Dewan pendidikan selama lima tahun perjalanan RSBI, diketahui kualitas lulusan RSBI ternyata juga tak jauh beda dengan sekolah reguler. Padahal untuk masuk RSBI, tak jarang wali murid harus mengeluarkan biaya ekstra.
RSBI yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris, dinilai juga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. "Ini sekolah di Indonesia, harusnya bahasa pengantar ya pake Indonesia," ujarnya.
Apalagi, penyampaian bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di RSBI dinilai juga hanya menipu para siswa. Nayatanya guru-guru masih belepotan menyampaikan pelajaran dalam bahasa asing. Apalagi, kaidah bahasa Inggris untuk setiap program study juga berbeda-beda. “Bahasa Inggris untuk pelajaran fisika, biologi, kimia, agama, maupun bidang lainya sangat berbeda yang ini tak banyak dikuasi oleh para guru di RSBI,” kata Sulistyanto.
Yang mengkawatirkan, keberadaan RSBI hanya menjadikan jurang kesenjangan antar lembaga pendidikan. Padahal, hingga detik ini, belum ada ukuran pasti keberhasilan dari RSBI ini.
Sulistyanto mengatakan dana untuk membangun RSBI mencapai Rp 1 miliar di tiap sekolahnya. Tapi hingga saat ini, kata dia, tak ada satu pun sekolah-sekolah yang masuk program RSBI yang mampu lolos menjadi SBI.
menurut sulistyanto, Di Kota Surabaya misalnya, dari delapan SMA Negeri dan Dua SMA Swasta, serta tiga SMP Negeri yang menjadi RSBI, ternyata juga tak ada yang lolos menjadi SBI. “Padahal, sekolah tersebut selama tiga tahun pertama berdirinya RSBI mendapatkan subsidi Rp 300-400 juta setiap tahunya.
Tak hanya itu, tiap-tiap siswa juga mendapatkan subsidi biaya sekolah per bulan mencapai Rp 70.500 (untuk tingkat SMP) dan Rp 152.000 (untuk tingkat SMA). Itu belum termasuk dana dari pemerintah untuk menyekolahkan para guru dan dana untuk pengembangan sekolah lainya.
Hasil kajian Dewan pendidikan selama lima tahun perjalanan RSBI, diketahui kualitas lulusan RSBI ternyata juga tak jauh beda dengan sekolah reguler. Padahal untuk masuk RSBI, tak jarang wali murid harus mengeluarkan biaya ekstra.
RSBI yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris, dinilai juga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. "Ini sekolah di Indonesia, harusnya bahasa pengantar ya pake Indonesia," ujarnya.
Apalagi, penyampaian bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di RSBI dinilai juga hanya menipu para siswa. Nayatanya guru-guru masih belepotan menyampaikan pelajaran dalam bahasa asing. Apalagi, kaidah bahasa Inggris untuk setiap program study juga berbeda-beda. “Bahasa Inggris untuk pelajaran fisika, biologi, kimia, agama, maupun bidang lainya sangat berbeda yang ini tak banyak dikuasi oleh para guru di RSBI,” kata Sulistyanto.
Yang mengkawatirkan, keberadaan RSBI hanya menjadikan jurang kesenjangan antar lembaga pendidikan. Padahal, hingga detik ini, belum ada ukuran pasti keberhasilan dari RSBI ini.
Jadi kesimpulannya adalah Dalam kenyataannya memang terdapat perbedaan antara RSBI dengan Reguler. Di sekolah bestatus RSBI, mulai dari fasilitas hingga sistem pembelajaran umumnya lebih istimewa daripada sekolah reguler. Misalnya kelas yang digunakan, media pembelajaran yang modern dan sistem pembelajaran yang memakai Bahasa Inggris sebagai pengantar. Ini tentu berbeda dengan sekolah reguler yang fasilitasnya terbatas.
Terkait
dengan perbedaan yang ada tersebut tentunya ada kesenjangan yang harus
diluruskan. Bahwa menurut kami, dari semua perbedaan tersebut ada satu hal yang
sama yaitu materi yang akan disampaikan ke siswa. Guru yang baik tidak dilihat
dari kemewahan ataupun perlakuan istimewa yang diberikan kepada siswanya tetapi
dilihat dari seberapa besar materi itu bisa diserap dengan baik oleh murid.
Oleh karena itu, sebagai orangtua hendaknya menyikapinya dengan bijak yaitu
dengan memilih sekolah yang baik dari segi prestasi dan lulusan yang dihasilkan
sekolah bukan dari kemewahan fasilitas yang ada di sekolah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar