Sabtu, 09 Februari 2013

Polemik Biaya Pemprov Jakarta Untuk Pembangunan MRT

Pemerintah berencana memberikan hibah Rp 3,1 triliun untuk pembangunan Mass Rapid Transportation (MRT) Jakarta di 2013. Hibah uuntuk proyek tersebut bersumber dari utang yang didapatkan dari Japan International Cooperation Agency (JICA).

Demikian isi Nota Keuangan RAPBN 2013

"Salah satu implementasi kebijakan alokasi hibah yang terkait dengan penyediaan pelayanan dasar bidang perhubungan adalah pemberian hibah pemerintah untuk program Mass Rapid Transit (MRT) di Provinsi DKI Jakarta," demikian isi Nota tersebut.

Dikatakan, program pembangunan MRT ini mendapatkan sumber pendanaan dari pinjaman Japan International Cooperation Agency (JICA). Beban biaya (cost sharing) dari pinjaman tersebut, 42% di antaranya ditanggung oleh pemerintah dan diwujudkan dalam bentuk hibah kepada pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sedangkan 58% dari pinjaman JICA dialokasikan sebagai penerusan pinjaman kepada Pemprov DKI Jakarta.

Nota tersebut mengatakan, pelaksanaan konstruksi fisik program MRT terdiri dari 3 tahap, kontruksi fisik tahap I dimulai 2012. Entah berapa dana yang dikeluarkan untuk proyek MRT di 2012, namun di 2013 akan ada Rp 3,1 triliun yang dikucurkan untuk penerusan proyek ini.

Pemerintah berharap, proyek MRT dapat mengatasi permasalahan kemacetan lalu lintas di Jakarta, menunjang, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jakarta dengan membangun sistem transportasi kota yang efisien, penciptaan lapangan kerja, serta meningkatkan kualitas lingkungan kota Jakarta dan mendukung mitigasi dampak perubahan iklim.

Sebelumnya, Kepala Biro Humas PT Mass Rapid Transit Jakarta Manpala Rega Chandra Gupta Sitorus pernah mengatakan, proyek MRT koridor Utara-Selatan tahap I (Lebak Bulus-Bundaran HI) siap beroperasi akhir tahun 2016.

Total nilai proyek adalah sekitar 144 miliar yen dengan besar pinjaman sekitar 120 miliar yen dan selebihnya dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta.

Untuk tahap I Lebak Bulus-Bundaran HI, koridor utara-selatan, jalur MRT terdiri dari 13 stasiun MRT. Yaitu sebanyak 7 stasiun sepanjang 7 Km berada di atas (elevated/layang) yaitu stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete, Haji Nawi, Blok A, Blok M dan Sisingamangaraja.

Sementara itu 6 stasiun sepanjang 6 km berada di bawah tanah yaitu Bundaran Senayan, Istora, Benhil, Setiabudi, Dukuh Atas, Bundaran HI.

Untuk tahap II masih koridor utara-selatan, rencananya stasiun-stasiunnya semuanya di bawah tanah antara lain Kebon Sirih, Monas, Harmoni, Glodok, Kota dan Kampung Bandan.

Mass Rapid Transit Jakarta (MRT Jakarta) yang berbasis rel rencananya akan membentang kurang lebih ± 110,8 Km, meliputi dua koridor utama, yaitu:

Koridor Utara-Selatan

Koridor ini terdiri dari Koridor Selatan-Utara (Koridor Lebak Bulus-Kampung Bandan) sepanjang kurang lebih ± 23,8 km dan Koridor Timur–Barat sepanjang kurang lebih ± 87 km. Koridor ini dilakukan dalam 2 tahap:

Tahap I yang akan dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI sepanjang 15,7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah) ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2016.

Tahap II akan melanjutkan jalur Selatan-Utara dari Bundaran HI ke Kampung Bandan sepanjang 8,1 Km yang akan mulai dibangun sebelum tahap I beroperasi dan ditargetkan beroperasi 2018 dipercepat dari 2020. Studi kelayakan untuk tahap ini sudah selesai.

Koridor Timur-Barat

Koridor ini masih dalam tahap studi kelayakan. Koridor ini ditargetkan paling lambat beroperasi pada 2024-2027



Tidak ada komentar:

Posting Komentar